#iLoveMyJob

#KerjaHalanHalan

#KibasRambut

(loh~)

Salah satu destinasi yang masuk #bucketlist gue adalah Tana Toraja. Dan akhirnya kesampean tahun ini karena pekerjaan. Menyenangkan kan? Jalan-jalan gratis, dapet honor apalagi tujuannya adalah tujuan impian!!!

#BahagiaItuSederhana

Thank you buat In-Action yang undang gue, spesial Madam Yantri and team yang katanya kangen gue …hihihihihii, dan thanks buat Indosat (sekarang nyambung dengan nama Ooredoo) yang percaya sama gue untuk membawa group Satelit Palapa User Gatheringnya.

Locked tanggal 7-9 Oktober 2015

Cuma sebentar banged emang, tapi jadwal ini kita kejar karena dsana kita akan menghadiri upacara Rambu Solok yang merupakan salah satu upacara pemakaman yang wajib dilakukan bagi penduduk lokal setempat (cem Ngaben-nya orang Bali). Jadi acara ini sangat langka, dan jarang banged bisa di pas-pas-in.

Perjalanan dmulai dari Jakarta Makasar subuh buta banged, karena kita ngejar first flight. Kenapa first flight banged, karena kita dari Makasar lanjut jalan darat pake bus selama kurang lebih 9 jam-an. Kenyang deh di jalan.

Bgitu tiba, group dibagi menjadi 2 bus, dan gue ada di bus 1. Sebelum berangkat, kita sarapan dulu di Coto Makasar yang terkenal yaitu Warung Coto Nusantara di Jl. Nusantara No. 32 deket Pelabuhan

DSCF4550_Fotor_Toraja1
Coto Nusantara, Makasar
IMG_9838_Fotor_27
The delicious Coto Makasar

Kemudian, abis makan kita lanjut deh, yuk cuz, 9 jam nih. Sebenarnya banyak titik yang bisa kita singgahi, tapi sayangnya waktu tidak sesuai plan jadi banyak ke-sekip,nya. Yang wajib diantara nya adalah Bukit Nona.

Konon dari bukit ini lahirlah orang-orang Toraja, karena bukit ini tampak sekilas mirip sekali dengan alat kelamin wanita. Which is gue juga ga paham dlihat dari mana? Hahaahaa,

DSCF4573_Fotor_Toraja2
Bukit Nona

Sederatan jalan sini, ada banyak warung untuk bisa melihat pemandangan ini sambil nyeruput kopi. Kopinya enak bro! Asli! Kopi tubruk biasa, tapi kopinya toraja tuh enak banged! Cukup asem,nya dan gue nagih.

Setelah itu kita lanjut lagi kurang lebih 3-4 jam-an untuk beneran tiba di lokasi tempat kita menginap di Toraja Heritage Hotel.

Tempat nginepnya keren, selain ada kamar yang biasa, ada juga kamar yang Deluxe ** yang ditempatin di dalam satu rumah, cem rumah adat khas orang Toraja, yaitu Rumah Tongkonan.

IMG_9882_Fotor_Toraja.25
Toraja Heritage Hotel

Gak pake lama kita membagi kamar, maka kami semua istirahat untuk besok bisa seharian jalan melihat adat orang Toraja. Dan dalam perjalanan ini, Indosat mengajak para peserta dalam lomba photo yang dipandu oleh Pak Paul Zacharia, beliau adalah photographer senior kenamaan yang sekarang alirannya mengusung street photography, istilah para tukang photo adalah nge-street kalo lagi hunting. Dan beliau adalah kontributor di in-flight magazine untuk group Lion Air (kata Mami Fitri, producer gue, photo gue ada di majalah Batik Air loh.. hahha, mayan)

DSCF4799_Fotor_Toraja16
Paul Zacharia

Jadi lomba photo ini dkhususkan untuk peserta yang jumlahnya kurang lebih 30 orang. Mereka bebas memilih objek apapun di lokasi dan hanya boleh memilih satu photo dari ribuan photo nanti yang diambil. Sayang gue ga boleh ikutan… hahaa, bukan masalah menang atau kalah, tapi di komentarin oleh orang tuh bikin semangat :):):)

The next morning ….

Kami sudah ga sabar menuju ke lokasi upacara Rambu Solok. Dan untuk menghadiri upacara tersebut, para “pengunjung” dilarang memakai baju berwarna cerah. Yang boleh hanya warna hitam atau putih. Selain itu DILARANG KERAS.

Dan sangat terhormat sekali kami bisa ikut dalam bagian upacara ini. Sebelum kami memasuki areal, kami dsuruh berbaris dan kami diiringi oleh Ketua Adat dan dayang-dayangnya untuk masuk ke dalam areal upacara Rambu Solok dengan “gimmick” kerbau albino yang nanti akan disambut oleh perwakilan keluarga. Prosesi ini adalah prosesi umum yang dilakukan untuk penyambutan sanak keluarga yang ingin memberikan penghormatan kepada almarhum. Biasanya mereka datang dengan membawa kerbau atau babi sebagai “buah tangan” Dan buah tangan ini terus berlangsung turun temurun karena nyambung terus.

DSCF4645_Fotor_Toraja8
Proses awal masuk ke areal upacara Rambu Solok
DSCF4641_Fotor_Toraja9
Kerbau Albino, sebagai hadiah untuk menghormati almarhum

Setelah itu kami ditempatkan di semacam aula, tempatnya pun dpisah untuk pria dan wanita. Kemudian ada keluarga dan  “petugas konsumsi” yang datang untuk menyuguhkan hidangan dan sirih. Nah biasanya yang menyuguhkan sirih adalah keluarga yang sepuh-sepuh. Sebagai rasa hormat, kita ga boleh nolak. Nah loh, tapi jangan khawatir karena mereka juga sudah “mengganti” sirih buat nginang tersebut menjadi permen. Pokoknya intinya apa yang dkasih ga boleh dtolak. Kalo bisa milih ya milih permen gue. Tapi ada juga sih yang milih nginang. Aii sekiip deh. Dan kemudian beberapa kue dan minuman datang. Dan gue pilihnya pasti kopi. Kopi Toraja (Arabica) kan terkenal enak dan hitungannya mahal juga sih :p

DSCF4666_Fotor_Toraja11
Ibu / nenek salah satu anggota keluarga
DSCF4683_Fotor_Toraja12
Ibu-ibu yang gotong royong membantu keluarga dalam acara Rambu Solok sedang menyuguhkan hidangan untuk tamu
DSCF4702_Fotor_Toraja11
Ini dia, cemilan ringan ala Toraja plus kopi! E.N.A.K

Kemudian setelah selesai menikmati jamuan dari tuan rumah, kami berpindah tempat. tapi yang ada kami acak-acakan untuk cari best spot upacara Rambu Soloknya.

Ini dia, upacara Rambu Solok. Sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum, yang dilakukan adalah pengorbanan hewan-hewan buah tangan tadi. Dan upacara ini bisa berlangsung berhari-hari. Kerjaannya ya motongin hewan tersebut, yang pada hari terakhirnya baru ada “doa” untuk almarhum. Tapi karena kami datang di hari pertama, jadi kami hanya menonton upacara bagian “kurban” saja.

DSCF4741_Fotor_Toraja14
Kerbau sedang di “jinak”an dalam proses Rambu Solok

Jadi, hewan kurban tadi di “potong” dtempat. Gue antara kasian dan takjub. Kasian sama hewannya, tapi takjub sama budayanya. Mereka masih memegang teguh dan tetap melestarikan budaya ini. Mereka percaya bahwa semakin banyak hewan kurban atau persembahan untuk almarhum, maka mereka percaya bahwa almarhum akan hidup tenang dan bahagia di akhirat sana.

Selain kami melihat upacara tersebut, kami juga berbaur dengan penduduk dan keluarga setempat. Mereka juga tak segan untuk bercerita dan memandu proses acara ini. Bagi mereka selain ini adalah upacara yang sakral, tapi mereka juga open minded terhadap kami para tamu (turis) yang ingin tahu makna dan proses upacara Rambu Solok.

DSCF4621_Fotor_Fotor8DSCF4608_Fotor_Toraja4

DSCF4652_Fotor_Toraja10
Cantik ya orang Toraja? 

Upacara untuk almarhum yang kami datangi adalah seorang nenek, yang sudah meninggal kurang lebih 1 tahun yang lalu …(eng ing eng) ….. dan gue naik ke atas rumah tempat beliau “dtidurkan”. Saat upacara berlangsung almarhum sudah dibungkus dengan kain berlapis-lapis, sudah cantik lah. Tapi kata keluarga, saat setelah meninggal tidak di kuburkan, yaa seperti orang biasa aja tapi lagi tidur. Memang mereka “mem-balsam” kan jenazah tapi yaa di taruh aja di kasur gitu dan masih juga dikasih “makan” either cookies atau susu. Dan ada cerita, anak-anak kecil atau cucu si almarhum nyuapin jenazah tersebut, karena mereka percaya nenek mereka belum mati. Tapi lagi tidur.

DSCF4609_Fotor_Toraja5
Sang Almarhum
DSCF4773_Fotor_Toraja14
Jasad nenek Toraja yang sudah dibungkus ddampingi cucu kesayangan

Kheyy …

Kedatangan kami ternyata berarti bagi keluarga yang dtinggalkan, wakil dari keluarga mengucapkan terima kasih dengan tulus yang terpancar dari mata yang lemah tapi kuat secara penyampaian, kata Bapak Asrul, dari pihak Indosat menuturkan. Beliau kaget dan kagum dengan orang Toraja, bahwa dengan berkembangnya teknologi dan kemajuan jaman, mereka tetep peduli dan keukeuh dengan culture budaya setempat dan tetap melestarikan walaupun kadang tidak masuk di akal logika manusia cerdas dewasa ini. Tapi ini budaya yang harus di selamatkan. kalo bukan kita, siapa lagi?

DSCF4726_Fotor_Toraja12
Perwakilan keluarga yang menyambut rombongan Indosat dan Pak Asrul yang mewakili dari Indosat

Dan bukan cuma mereka, kamipun juga punya kenangan yang berkesan dengan warga Tana Toraja, gue berkesempatan untuk ngobrol dengan bocah bocah cantik yang turut serta dalam upacara tersebut, kalo di upacara ngantenan orang jawa, adik adik cantik ini kaya jadi among tamu gitu dalam upacara ini. Mereka berdandan cantik dan berpakaian adat Toraja dengan khas manik-manik yang berwarna warni. Mereka datang dari jauh, dan tidak lagi tinggal di kampung tersebut. Mereka ijin 2 sampai 5 hari dari sekolah mereka untuk hanya datang dalam upacara Rambu Solok ini.

DSCF4610_Fotor_Toraja6
Gadis-gadis manis Toraja
DSCF4613_Fotor_Toraja7
Gadis-gadis Toraja ini adalah generasi penerus leluhur mereka.
DSCF4603_Fotor_Toraja3
Cantiknya gadis Toraja

Dalam keadaan pesta duka ini, gue menangkap raut wajah nenek dan cucu berikut ini. (Punten ya Nek, numpang diphoto)… gue langsung kangen Anya, kangen nyokap.

DSCF4781_Fotor_Toraja15
Nenek Toraja yang sayang cucunya

Setelah hadir dalam upacara Rambu Solok yang magis itu, kami pun beralih ke tujuan selanjutnya, yaitu ke desa adat Kate’ Kesu. Desa ini merupakan salah satu desa adat yang menjadi heritage dunia. Dsini kami melihat beberapa rumah adat Toraja, yaitu Rumah Tongkonan yang sudah tua. Dan di rumah tersebut terdapat “hiasan” berupa tengkorak kepala kerbau dengan tanduk yang super duper panjang dan besar. Hiasan tersebut merupakan tanda kesejahteraan keluarga yang menempati rumah tersebut. Semakin banyak, smakin tinggi dan semakin besar berarti keluarga tersebut kaya raya bin mampus lah! Dan di depan pintu masuk Kate’ Kesu, rumahnya bejejer banyak dan hiasannya penuh dan banyak pula… gak kebayang mereka adalah bangsawan rupanya.

DSCF4837_Fotor_Toraja19
Desa Adat Kate’ Kesu
DSCF4850_Fotor_Toraja20
Rumah Tongkonan

Di Kate’ Kesu ini kami juga menemukan beberapa “makam” para leluhur mereka yang ditanam di dalam bukit batu beserta totemnya. Totem yang dbuat merupakan simbol bagi almarhum yang menunjukkan beliau pada masa hidupnya sebagai apa dan siapa. Takjub gue! Dan dsini ada juga gua yang isinya tulang belulang tempat para leluhur di makamkan. Dan untuk masuk ke gua ini 1 lap nya hanya bisa 5 orang maksimal, karena cadangan oksigen di dalam sungguh terbatas, bisa-bisa sesek kalo keramaian dan terlalu lama. Gua ini djaga oleh adik-adik Toraja yang akan men-guide kita (tamu) untuk masuk ke dalam dan menjelaskan sejarahnya.

DSCF4869_Fotor_Toraja22
Makam di Kate’ Kesu, bertangga-tangga dan jasad dtaruh di dinding berbatu
DSCF4864_Fotor_Toraja21
Salah satu bentuk makam di Kate’ Kesu

Gue salute, karena mereka berani. Mereka setia dan mau bercerita untuk kami. Mau berbagi dan belajar untuk menjadi seorang guide yang baik. Mereka tidak meminta upah, tapi mereka menyediakan tempat “tip” untuk kesediaan para tamu memberikan “hadiah” untuk jasa mereka.

DSCF4895_Fotor_Toraja23
Goa di Kate’ Kesu 

Lanjut dari Kate’ Kesu kami beranjak ke Lemo satu lagi tempat magical yang ada di Tana Toraja. Walaupun “kuburan” tapi tempat ini sama sekali ga menimbulkan kesan seram, spooky atau berbau hantu-hantuan,lah. Tempat ini malah mirip “istana boneka” menurut gue. Dengan tampilan totem-totem (yang dinamakan Lau-Lau) para leluhur yang dkasih “baju” warna-warna pastel.

DSCF4900_Fotor_Toraja23
Lemo, Tana Toraja
IMG_9923_Fotor_Toraja25
Peserta Indosat Palapa User Gathering 2015 di depan Lemo

Sepanjang jalan dari satu titik ke titik lain, sudah pasti ada tempat jualan oleh-oleh atau cinderamata hasil kerajinan tangan penduduk lokal. Di Kate’ Kesu dan di Lemo banyak yang jualan. Saran gue, kalo emang pada doyan belanja dan cari kain tenun Toraja, better beli dsini, karena harganya murah, bisa dtawar dan banyak pilihan. Ada sih satu tempat buat beli oleh-oleh di deket hotel, tapi pilihannya sedikit dan agak mahal. Malam terakhir dsana gue beli kain tenun buat ikat kepala harganya IDR 350.000 mahal ya bok! Tapi gue beli karena gue CINTA INDONESIA. Mungkin kalo di pengrajin aslinya bisa lebih murah. Dulu gue beli di Sumba, harganya IDR 250.000. Jadi memang mahal. Harap dmaklumi karena mereka bikin handmade dan pewarnaannya asli. Dan gue bangga pake produk mereka.

DSCF4815_Fotor_Toraja16
OOTD-an ddpan stall oleh-oleh di Kate’ Kesu

Oke, sekarang lanjut lagi ke tujuan berikutnya yaitu Bori Kalimbuang yang terletak di utara Toraja. Dari Lemo menuju ksini kira-kira memakan waktu 1 jam. Yang dtemukan dsini adalah batu-batu besar tempat para leluhur orang Toraja berdoa dan minta wangsit. Dan ada juga makam yang ada di batu besar. Dsini model “rumah istirahatnya” adalah mirip rumah hobbit di LOTR. batu gede, di uruk sampe dalam, sampe muat buat “nyimpen jenazah” almarhum.

DSCF4906_Fotor_Toraja24
Bori Kalimbuang, Toraja Utara
IMG_9938_Fotor_Toraja26
Makam di Bori Kalimbuang

Selama kami dsana, kami dpandu oleh guide lokal yang keren banged. Mereka asli orang Toraja, fasih berbahasa Belanda, German, Perancis dan English. Bah! Kata mereka karena banyak bule asing dari negara tersebut yang datang ksini. Here they are :

DSCF4819_Fotor_Toraja17
(left-right) : Pak Robi & Pak Julius

Overall, memang butuh stamina yang kuat buat jalan darat dari Makasar ke Toraja ini. Bisa sih dpake tidur, tapi kalo yang ga biasa dengan rute meliuk-liuk bisa juga jekpot sih. So saran gue yang mabok-an mending teler aja sama Antimo.

Cerita moral dalam perjalanan gue ini adalah, gue cinta Indonesia. Dalam sektor pariwisatanya maksudnya, kalo pemerintahannya sih ya sudahlah. Gue udah ada di tahap “yang waras ngalah”

Indonesia itu alamnya bagus! Kita punya semuanya! Sejauh gue jalan belakangan ini, ga ada yang kalahin keindahan alam Indonesia.

Dan yang pasti, dtunggu undangan-undangan yang lain ya …

4 responses

  1. dita Avatar

    Toraja memang indah dan unik ya. Yang paling gak terlupakan buat aku itu jalanan kesananya. Gunung berkelok kelok dan dingin 😀

    Like

    1. juragankoppi Avatar

      Hehe, iya, berkesan banged ksana. Aha! jalan kesana emang cem rollercoaster 🙂 dan benerr, adem ya hawanya dsana

      Like

  2. Lynn Avatar

    Belum pernah tapi pengen banget ini ke Toraja. Asiknya sih kalau rombongan ya On. Di samping Rambu Solok buat pemakaman, mereka setauku juga heboh kalau ada pesta perkawinan (lupa namanya Rambu apa). Dan kalau kurbannya kerbau albino, ini tajir melintir nih pasti yang ngasih kurbannya :’)))

    hits banget foto yang jadi header post ini, laff!

    semoga makin banyak lagi orderan #kerjahalanhalan-nya ya On, kali-kali someday aku kecipratan =)))

    Like

  3. juragankoppi Avatar

    ada lagi upacara yang sempet “happening” karena saking ga masuk akalnya, yaitu acara Rambu Nenek. Jadi ada upacara buat “reparasi” jenazah yang sudah dikubur. Nah, sempet beredar di internet katanya si “mayat” tersebut bangkit dari kuburnya dengan doa-doa magic.

    Yes, memang ada upacara Rambu Nenek itu, tapi No buat mayat bangkit itu.

    hahahaa,,,,, Amiiin ya Allah, Amiiiin buat #kerjahalanhalan nya ya Ket.

    Like

Leave a comment